Isu agama memang tidak lepas dari kehidupan
bermasyarakat. Sering kita dengar pertengkaran antar warga masyarakat yang
disebabkan oleh perbedaan pemahaman tentang beragama. Sebagai contoh,
terjadinya pengusiran warga yang dianggap memeluk aliran sesat pada suatu
daerah atau pelarangan pendirian tempat ibadah pada suatu daerah yang
didominasi oleh masyarakat tertentu.
Beberapa masalah tersebut berujung pada masalah
sosial kemasyarakatan seperti pertengkaran antar warga yang mengatas-namakan
agama, sehingga mengganggu ketentraman dan kerukunan antar umat beragama. Anak
– anak, wanita dan orang tua dapat menjadi korban karena diliputi rasa
ketakutan. Tentu saja hal tersebut akan menghambat aktifitas warga bahkan
pergerakan perekonomian masyarakat sekitar apabila dibiarkan terus menerus.
Sebenarnya masalah tersebut dapat diminimalisir
apabila setiap pemeluk agama dalam masyarakat dapat memahami bahwa hakekat
agama adalah untuk membawa ketenangan dan kedamaian hidup manusia. Sehingga
tidak benar jika agama merupakan penyebab pertengkaran ataupun kekerasan yang
terjadi antar warga. Apabila ada hal yang salah, bukan agama yang salah akan
tetapi orang yang melaksanakannya lah yang salah, baik salah dalam memahami
ataupun salah dalam melaksanakannya.
Untuk itu, diperlukan peran tokoh – tokoh
keagamaan untuk dapat lebih arif dan bijaksana untuk mengarahkan kelompoknya
dalam menyikapi masalah – masalah tertentu. Peran tokoh agama merupakan peran
utama, karena dalam beragama khususnya di Indonesia, masyarakat Indonesia bersifat
fanatic kepada mereka. Masyarakat sangat menghargai dan percaya kepada tokoh –
tokoh tersebut. Selain itu diperlukan kesadaran masyarakat secara umum bahwa
kekerasan bukanlah penyelesaian dari suatu masalah. Tidak ada masalah yang
tidak dapat di bicarakan, sehingga lebih diperlukan pengertian dan toleransi
yang tinggi sehingga dapat berdiskusi dan mencari solusi masalah keagamaan yang
terbaik dengan “kepala dingin”. Dengan demikian toleransi dan kerukunan umat
beragama tetap terpelihara.
Contoh :
Suatu ketika
adanya diskriminasi pada kaum Nasrani yang membangun gereja untuk tempat
beribadah, namun masyarakat sekitar menolak pembangunan gereja tersebut dan
para kuli bangunan memberhentikan pembangunan secara seketika karena adanya
perusakkan gereja yang dilakkan oleh umat islam yang fanatisme (merasa islam
adalah agama satu-satunya yang harus dianut oleh semua manusia). Namun seiring
berjalannya waktu, masyarakat sekitar dapat menerima dan tidak mengusik jalannya
pembangunan gereja.
Dari sekelumit
cerita diatas terdapat kesimpulan bahwa sesama umat manusia haruslah saling menghormati
dan menghargai perbedaan agama karena agama tiang dari kehidupan.
Agama merupakan tempat mencari makna
hidup yang final dan ultimate. Kemudian, pada urutannya agama yang diyakininya
merupakan sumber motivasi tindakan individu dalam hubungan sosialnya, dan
kembali kepada konsep hubungan agama dengan masyarakat, di mana pengalaman
keagamaan akan terefleksikan pada tindakan sosial, dan individu dengan
masyarakat seharusnyalah tidak bersifat antagonis.
Fungsi Agama dalam kehidupan :
Ada tiga aspek penting yang selalu
dipelajari dalam mendiskusikan fungsi agama dalam masyarakat, yaitu kebudayaan,
sistem sosial, dan kepribadian. Ketiga aspek itu merupakan kompleks fenomena
sosial terpadu yang pengaruhnya dapat diamati dalam perilaku manusia, sehingga
timbul pertanyaan sejauh mana fungsi lembaga agama memelihara sistem, apakah
lembaga agama terhadap kebudayaan adalah suatu sistem, atau sejauh mana agama
dapat mempertahankan keseimbangan pribadi melakukan fungsinya. Pertanyaan
tersebut timbul karena sejak dulu hingga sekarang, agama masih ada dan
mempunyai fungsi, bahkan memerankan sejumlah fungsi.
Manusia yang berbudaya, menganut
berbagai nilai, gagasan, dan orientasi yang terpola mempengaruhi perilaku,
bertindak dalam konteks terlembaga dalam lembaga situasi di mana peranan
dipaksa oleh sanksi positif dan negatif serta penolakan penampilan, tapi yang
bertindak, berpikir dan merasa adalah individu itu sendiri.
Teori fungsionalisme melihat agama
sebagai penyebab sosial agama terbentuknya lapisan sosial, perasaan agama,
sampai konflik sosial. Agama dipandang sebagai lembaga sosial yang menjawab
kebutuhan dasar yang dapat dipenuhi oleh nilai-nilai duniawi, tapi tidak
menguntik hakikat apa yang ada di luar atau referensi transdental.